Perkembangan Islam di Indonesia
A. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan
Kebudayaan Islam di indonesia
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia terdapat 3
teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.
1. Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
- Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
- b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
- c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat. Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
2. Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap
teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke
Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini
adalah:
- Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
- Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. SedangkanGujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
- Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir. Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
3. Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya
Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
- Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
- Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
- Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda- tanda bunyi Harakat.
- Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
- Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori
tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka
itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke
Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya
pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa
Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India). Demikianlah uraian materi tentang
proses masuknya Islam ke Indonesia.
Proses masuk dan
berkembangnya Islam ke Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan damai
melalui beberapa jalur/saluran yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan
oleh pedagang Arab, Persia dan Gujarat. Pedagang tersebut berinteraksi/bergaul
dengan masyarakat Indonesia. Pada kesempatan tersebut dipergunakan untuk
menyebarkan ajaran Islam. Selanjutnya diantara pedagang tersebut ada yang terus
menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang Gujarat mendirikan
perkampungan Pekojan. Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi
semakin sering bahkan
ada yang sampai
menikah dengan wanita Indonesia, sehingga proses penyebaran Islam semakin cepat
berkembang.
Perkembangan Islam
yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaliqh yang menyebarkan Islam
melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren
adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba
ilmu agama Islam. Setelah tammat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi
juru dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing- masing. Di samping
penyebaran Islam melalui saluran yang telah dijelaskan di atas, Islam
juga disebarkan
melalui kesenian, misalnya melalui pertunjukkan seni gamelan ataupun wayang
kulit. Dengan demikian Islam semakin cepat berkembang dan mudah diterima oleh
rakyat Indonesia.
B. Cara Masuknya Islam di Indonesia
Adapun cara
masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain :
1. Perdagangan
Jalur
ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin kontak dagang
dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam
Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh, maka makin ramailah para ulama dan
pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia). Disamping mencari keuntungan
duniawi juga mereka mencari keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam.
Artinya mereka berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya
penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media kebudayaan,
sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau jawa. Misalnya Sunan
Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang. Ia mengembangkan wayang kulit,
mengisi wayang yang bertema Hindu dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan
pengembangan gamelannya. Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari
masyarakat Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri menciptakan
banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran, ilir-ilir dan cublak
suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis dalam
pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang menyebarkan Islam
diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran pesantren tersebut. Datuk Ribandang
yang mengislamkan kerajaan Gowa-Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran
pesantren Sunan Giri. Santri-santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti
Bawean, Kangean, Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai
sekarang pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali
penyebaran Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan
politik
Artinya
penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang kuat dari para
Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak, merupakan pusat dakwah dan
menjadi pelindung perkembangan Islam. Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh
Nusantara. Raja Gowa-Tallo di Sulawesi selatan melakukan hal yang sama
sebagaimana yang dilakukan oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh
Nusantara melakukan komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam
melindungi dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.
C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara
1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas,
dijelaskan bahwa wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai
barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian
di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama
yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
Menurut keterangan Prof. Ali Hasmy dalam makalah pada
seminar “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Aceh” yang digelar tahun 1978
disebutkan bahwa kerajaan Islam yang pertama adalah kerajaan Perlak. Namun ahli
sejarah lain telah sepakat, Samudra Pasailah kerajaan Islam yang pertama di
Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan Malik Al-Saleh (memerintah
dari tahun 1261 s.d 1297 M). Sultan Malik Al-Saleh sendiri semula bernama Marah
Silu. Setelah mengawini putri raja Perlak kemudian masuk Islam berkat
pertemuannya dengan utusan Syarif Mekkah yang kemudian memberi gelar Sultan
Malik Al-Saleh.
Kerajaan
Pasai sempat diserang oleh Majapahit di bawah panglima Gajah Mada, tetapi bisa
dihalau. Ini menunjukkan bahwa kekuatan Pasai cukup tangguh dikala itu. Baru
pada tahun 1521 di taklukkan oleh Portugis dan mendudukinya selama tiga tahun.
Pada tahun 1524 M Pasai dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mughayat Syah.
Selanjutnya kerajaan Samudra Pasai berada di bawah pengaruh keSultanan Aceh
yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam (sekarang dikenal dengan kabupaten Aceh
Besar).
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar
Aceh Darussalam, hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena
pendudukan Portugis. Dibawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah atau Sultan
Ibrahim kerajaan Aceh terus mengalami kemajuan besar. Saudagar-saudagar muslim
yang semula berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatannya ke Aceh. Kerajaan
ini mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Iskandar Muda Mahkota
Alam ( 1607 - 1636).
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam
penyebaran Agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Para da’i, baik lokal
maupun yang berasal dari Timur Tengah terus berusaha menyampaikan ajaran Islam
ke seluruh wilayah Nusantara. Hubungan yang telah terjalin antara kerajaan Aceh
dengan Timur Tengah terus semakin berkembang. Tidak saja para ulama dan
pedagang Arab yang datang ke Indonesia, tapi orang-orang Indonesia sendiri
banyak pula yang hendak mendalami Islam datang langsung ke sumbernya di Mekah
atau Madinah. Kapal-kapal dan ekspedisi dari Aceh terus berlayar menuju Timur
Tengah pada awal abad ke 16. Bahkan pada tahun 974 H. atau 1566 M dilaporkan
ada 5 kapal dari kerajaan Asyi (Aceh) yang berlabuh di bandar pelabuhan Jeddah.
Ukhuwah yang erat antara Aceh dan Timur Tengah itu pula yang membuat Aceh
mendapat sebutan Serambi Mekah.
2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya
sudah dimulai pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan
oleh Prof. Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun
674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan pernah singgah
di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai pedagang. Bisa jadi Muawiyah
saat itu baru penjajagan saja, tapi proses dakwah selanjutnya dilakukan oleh
para da’i yang berasal dari Malaka atau kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu
lalu lintas atau jalur hubungan antara Malaka dan Pasai disatu pihak dengan
Jawa dipihak lain sudah begitu pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya
dilakukan oleh para Wali Sanga, yaitu:
a.
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau
dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap pelopor penyebaran
Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata negara dan sebagai
perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di
Gapura Wetan Gresik
b.
Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan
ibunya orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal kompromi
dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang artinya menolak mencuri,
mabuk, main wanita, judi dan madat, yang marak dimasa Majapahit. Beliau wafat
di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa
Sunan Ampel :
·
Mendirikan pesantren di Ampel
Denta, dekat Surabaya. Dari pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti :
Raden Paku (Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden Makhdum
(Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Maulana Ishak yang pernah diutus
untuk menyiarkan Islam ke daerah Blambangan.
·
Berperan aktif dalam membangun
Masjid Agung Demak yang dibangun pada tahun 1479 M.
·
Mempelopori berdirinya kerajaan
Islam Demak dan ikut menobatkan Raden Patah sebagai Sultan pertama.
c.
Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli
fiqih dan menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi Sultan Demak.
Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya sebagai mufti tanah Jawa.
d.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel , lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah. Beliau wafat
tahun 1515 M.
e.
Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni
berfalsafah Islam. Ia membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang
diislamkan. Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari manusia utuh. Ini
adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang dilakukannya dalam rangka
dakwah Islam.
f.
Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik
Sunan Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara lain dari
Ternate dan Hitu Ambon.
g.
Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali
dirancukan dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah satu pembuat
sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang.
Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan kesultanannya membuktikan ada tiga
kekuasaan Islam yang hidup bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon.
Hanya saja Demak dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol
politik para wali.
h.
Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan
abad ke 15 dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam di
daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus yang sangat
terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya Nusantara.
i.
Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra
Sunan Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana gamelan,
wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di Gunung Muria,
disebelah utara kota Kudus.
Diparuh
awal abad 16 M, Jawa dalam genggaman Islam. Penduduk merasa tentram dan damai
dalam ayoman keSultanan Demak di bawah kepemimpinan Sultan Syah Alam Akbar Al
Fatah atau Raden Patah. Hidup mereka menemukan pedoman dan tujuan sejatinya
setelah mengakhiri masa Siwa-Budha serta animisme. Merekapun memiliki kepastian
hidup bukan karena wibawa dan perbawa sang Sultan, tetapi karena daulah hukum
yang pasti yaitu syari’at Islam
“Salokantara”
dan “Jugul Muda” itulah dua kitab undang-undang Demak yang berlandaskan
syari’at Islam. Dihadapan peraturan negeri pengganti Majapahit itu, semua
manusia sama derajatnya, sama-sama khalifah Allah di dunia. Sultan-Sultan Demak
sadar dan ikhlas dikontrol oleh kekuasaan para Ulama atau Wali. Para Ulama itu
berperan sebagai tim kabinet atau merangkap sebagai dewan penasehat Sultan.
Dalam versi lain dewan wali sanga dibentuk sekitar 1474
M. oleh Raden Rahmat (Sunan Ampel), membawahi Raden Hasan, Maftuh Ibrahim,
Qasim (Sunan Drajat) Usman Haji (ayah Sunan Kudus, Raden Ainul Yakin (Sunan
Gresik), Syekh Sutan Maharaja Raden Hamzah, dan Raden Mahmud. Beberapa tahun
kemudian Syekh Syarif Hidayatullah dari Cirebon bergabung di dalamnya. Sunan
Kalijaga dipercaya para wali sebagai muballig keliling. Disamping wali-wali
tersebut, masih banyak Ulama yang dakwahnya satu kordinasi dengan Sunan Ampel
hanya saja, sembilan tokoh Sunan Wali Sanga yang dikenal selama ini memang
memiliki peran dan karya yang menonjol dalam dakwahnya.
3. Di Sulawesi
Ribuan pulau yang ada di Indonesia, sejak lama telah
menjalin hubungan dari pulau ke pulau. Baik atas motivasi ekonomi maupun motivasi
politik dan kepentingan kerajaan. Hubungan ini pula yang mengantar dakwah
menembus dan merambah Celebes atau Sulawesi. Menurut catatan company dagang
Portugis pada tahun 1540 saat datang ke Sulawesi, di tanah ini sudah ditemui
pemukiman muslim di beberapa daerah. Meski belum terlalu banyak, namun upaya
dakwah terus berlanjut dilakukan oleh para da’i di Sumatra, Malaka dan Jawa
hingga menyentuh raja-raja di kerajaan Gowa dan Tallo atau yang dikenal dengan
negeri Makasar, terletak di semenanjung barat daya pulau Sulawesi.
Kerajaan Gowa ini mengadakan hubungan baik dengan
kerajaan Ternate dibawah pimpinan Sultan Babullah yang telah menerima Islam
lebih dahulu. Melalui seorang da’i bernama Datuk Ri Bandang agama Islam masuk
ke kerajaan ini dan pada tanggal 22 September 1605 Karaeng Tonigallo, raja Gowa
yang pertama memeluk Islam yang kemudian bergelar Sultan Alaudin Al Awwal
(1591-1636 ) dan diikuti oleh perdana menteri atau Wazir besarnya, Karaeng
Matopa.
Setelah
resmi menjadi kerajaan bercorak Islam Gowa Tallo menyampaikan pesan Islam
kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, Wajo, Soppeng dan Bone. Raja Luwu
segera menerima pesan Islam diikuti oleh raja Wajo tanggal 10 Mei 1610 dan raja
Bone yang bergelar Sultan Adam menerima Islam tanggal 23 November 1611 M.
Dengan demikian Gowa (Makasar) menjadi kerajaan yang berpengaruh dan disegani.
Pelabuhannya sangat ramai disinggahi para pedagang dari berbagai daerah dan
manca negara. Hal ini mendatangkan keuntungan yang luar biasa bagi kerajaan
Gowa (Makasar). Puncak kejayaan kerajaan Makasar terjadi pada masa Sultan
Hasanuddin (1653-1669).
4. Di Kalimantan
Islam masuk ke Kalimantan atau yang lebih dikenal dengan
Borneo melalui tiga jalur. Jalur pertama melalui Malaka yang dikenal sebagai
kerajaan Islam setelah Perlak dan Pasai. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis
kian membuat dakwah semakin menyebar sebab para muballig dan komunitas muslim
kebanyakan mendiamai pesisir barat Kalimantan.
Jalur kedua, Islam datang disebarkan oleh para muballig
dari tanah Jawa. Ekspedisi dakwah ke Kalimantan ini mencapai puncaknya saat
kerajaan Demak berdiri. Demak mengirimkan banyak Muballig ke negeri ini. Para
da’i tersebut berusaha mencetak kader-kader yang akan melanjutkan misi dakwah
ini. Maka lahirlah ulama besar, salah satunya adalah Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari.
Jalur ketiga para da’i datang dari Sulawesi (Makasar)
terutama da’i yang terkenal saat itu adalah Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.
a. Kalimantan
Selatan
Masuknya Islam di Kalimantan Selatan adalah diawali
dengan adanya krisis kepemimpinan dipenghujung waktu berakhirnya kerajaan Daha
Hindu. Saat itu Raden Samudra yang ditunjuk sebagai putra mahkota oleh
kakeknya, Raja Sukarama minta bantuan kepada kerajaan Demak di Jawa dalam
peperangan melawan pamannya sendiri, Raden Tumenggung Sultan Demak (Sultan
Trenggono) menyetujuinya, asal Raden Samudra kelak bersedia masuk Islam.
Dalam peperangan itu Raden Samudra mendapat kemenangan.
Maka sesuai dengan janjinya ia masuk Islam beserta kerabat keraton dan penduduk
Banjar. Saat itulah tahun (1526 M) berdiri pertama kali kerajaan Islam Banjar
dengan rajanya Raden Samudra dengan gelar Sultan Suryanullah atau Suriansyah.
Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Rahmatullah (putra Sultan
Suryanullah), Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah dan Marhum
Panambahan atau Sultan Musta’in Billah. Wilayah yang dikuasainya meliputi
daerah Sambas, Batang Lawai, Sukadana, Kota Waringin, Sampit Medawi, dan
Sambangan.
b. Kalimantan Timur
Di Kalimantan Timur inilah dua orang da’i terkenal
datang, yaitu Datuk Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan, sehingga raja Kutai
(raja Mahkota) tunduk kepada Islam diikuti oleh para pangeran, para menteri,
panglima dan hulubalang. Untuk kegiatan dakwah ini dibangunlah sebuah masjid.
Tahun 1575 M, raja Mahkota berusaha menyebarkan Islam ke
daerah-daerah sampai ke pedalaman Kalimantan Timur sampai daerah Muara Kaman,
dilanjutkan oleh Putranya, Aji Di Langgar dan para penggantinya.
5. Di Maluku.
Kepulauan Maluku terkenal di dunia sebagai penghasil
rempah-rempah, sehingga menjadi daya tarik para pedagang asing, tak terkecuali
para pedagang muslim baik dari Sumatra, Jawa, Malaka atau dari manca negara.
Hal ini menyebabkan cepatnya perkembangan dakwah Islam di kepulauan ini.
Islam masuk ke Maluku sekitar pertengahan abad ke 15
atau sekitar tahun 1440 dibawa oleh para pedagang muslim dari Pasai, Malaka dan
Jawa (terutama para da’i yang dididik oleh para Wali Sanga di Jawa). Tahun 1460
M, Vongi Tidore, raja Ternate masuk Islam. Namun menurut H.J De Graaft
(sejarawan Belanda) bahwa raja Ternate yang benar-benar muslim adalah Zaenal
Abidin (1486-1500 M). Setelah itu Islam berkembang ke kerajaan-kerajaan yang
ada di Maluku. Tetapi diantara sekian banyak kerajaan Islam yang paling
menonjol adalah dua kerajaan , yaitu Ternate dan Tidore.
Raja-raja
Maluku yang masuk Islam seperti :
a.
Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b.
Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang sangat besar
jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan Maluku, Irian bahkan sampai ke
Filipina.
c.
Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d.
Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e.
Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal Abidin.
Selain
Islam masuk dan berkembang di Maluku, Islam juga masuk ke Irian yang disiarkan
oleh raja-raja Islam di Maluku, para pedagang dan para muballig yang juga
berasal dari Maluku.
Daerah-daerah
di Irian Jaya yang dimasuki Islam adalah : Miso, Jalawati, Pulau Waigio dan
Pulau Gebi.
D. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.
1.
Penjajah Portugis
Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan
semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan Gospel
(penyebaran agama Nasrani).
Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan
semua cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya terhadap bangsa
Timur (Islam) setelah usai Perang Salib.Dengan modal restu sakti dari Paus Alexander VI
dalam suatu dokumen bersejarah yang terkenal dengan nama “Perjanjian
Tordesillas” yang berisi, bahwa kekuasaan di dunia diserahkan kepada dua rumpun
bangsa: Spanyol dan Portugis. Dunia sebelah barat menjadi milik Spanyol dan
sebelah timur termasuk Indonesia menjadi milik Portugis.
Karena itu Portugis
sangat bernafsu untuk menguasai negeri Zamrud Katulistiwa yang penuh dengan
rempah-rempah yang menggiurkan. Pertama mereka menyerang Malaka dan
menguasainya (1511 M), kemudian Samudra Pasai tahun 1521 M. Mulailah mereka
mengusik ketenangan berniaga di perairan nusantra yang saat itu banyak para
pedagang muslim dari Arab. Demikian pula para pedagang dari Demak dan Malaka
yang saat itu sudah terjalin sangat erat. Portugis nampaknya sengaja ingin
mematahkan hubungan Demak dan Malaka, dan sekaligus tujuannya ingin merebut
rempah-rempah yang merupakan komoditi penting saat itu. Banyak kapal-kapal
mereka dirampas oleh Portugis termasuk kapal pedagang muslim Arab.
Dengan sikapnya yang tak bersahabat dan arogan dari penjajah Portugis,
seluruh kerajaan yang ada di Nusantara kemudian melakukan perlawanan kepada
Portugis meskipun dalam waktu dan tempat yang berlainan. Kerajaan Aceh misalnya
sempat minta bantuan kerajaan Usmani di Turki dan negara-negara Islam lain di
Nusantara, sehingga dapat membangun kekuatan angkatan perangnya dan dapat
menahan serangan Portugis. Demikian pula, mendengar perlakuan Portugis yang
zalim terhadap para pedagang warga Demak muslim, Sultan Demak dan para wali
merasa terpanggil untuk berjihad. Halus dihadapi dengan halus, keras dilawan
dengan keras. Kalau orang-orang Portugis mengobarkan semangat Perang Salib,
maka Sultan Demak dan para wali mengobarkan semangat jihad Perang Sabil.
Pada tahun 1512
Demak dibawah pimpinan Adipati Yunus memimpin sendiri armada lautnya menyerang
Portugis yang saat itu sudah menguasai Malaka, tapi kali ini mengalami
kegagalan karena persenjataan lawan begitu tangguh penyerangan kedua kalinya
dilakukan tahun 1521 dengan mengerahkan armada yang berkekuatan 100 buah kapal
dan dibantu oleh balatentara Aceh dan Sultan Malaka yang telah terusir, yang
sasarannya sama yaitu mengusir pasukan asing Portugis dari wilayah Nusantara
demi mengamankan jalur niaga dan dakwah yang memanjang dari Malaka-Demak dan
Maluku. Namun perjuangannya tidak berhasil pula, bahkan ia gugur mati syahid
dalam pertempuran tersebut. Sebab itulah ia mendapat gelar ”Pangeran sabrang
lor” artinya pangeran yang menyebrangi lautan di sebelah utara.
Sepeninggal Adipati Yunus, perlawanan terhadap Portugis diteruskan oleh
Sultan Trenggana (1521-1546) dan juga oleh putranya Sultan Prawoto. Meskipun
pada masa Sultan Prawoto negara dalam keadaan goncang karena perseteruan dalam
negeri tapi kekuatan perang untuk melawan dan mempertahankan diri dari serangan
Portugis masih terus digalang. Diberitakan, bahwa saat itu Demak masih sanggup
membangun kekuatan militernya terutama angkatan lautnya yang terdiri dari 1000
kapal-kapal layar yang dipersenjatai. Setiap kapal itu mampu memuat 400
prajurit masing-masing mempunyai tugas pengamanan wilayah Nusantara dari serangan
Portugis.
Kalau perlawanan umat Islam terhadap penjajah Portugis di Malaka
mengalami kegagalan, namun terhadap penjajah Portugis di Sunda Kelapa (Jakarta)
dan Maluku memperoleh hasil yang gemilang. Adalah panglima Fatahillah (menantu
Sultan Syarif Hidayatullah) pada tahun 1526 M. memimpin pasukan Demak menyerang
Portugis di Sunda Kelapa lewat jalur laut. Mereka berhasil mengepung dan
merebutnya dari tangan penjajah Portugis, kemudian diganti namanya menjadi
Fathan Mubina diambil dari Quran Surat al-Fath ayat satu. Fathan Mubina
diterjemahkan menjadi Jayakarta (Jakarta). Peristiwa ini terjadi pada tanggal
22 Juni 1527 M, yang kemudian ditetapkan sebagai hari lahirnya kota Jakarta.
Di Maluku, Portugis menghasut dan mengadu domba kerajaan Islam Ternate
dan Tidore. Namun kemudian rakyat Ternate sadar, sehingga mereka dibawah
pimpinan Sultan Haerun berbalik melawan Portugis. Nampaknya yang menjadi
persoalan bukan hanya faktor perdagangan atau ekonomi, tapi juga persoalan
penyebaran agama oleh Portugis. Kristenisasi secara besar-besaran terutama pada
tahun 1546 dilakukan oleh seorang utusan Gereja Katolik Roma Fransiscus
Xaverius dengan sangat ekstrimnya ditengah-tengah penduduk muslim dan di depan
mata seorang Sultan Ternate yang sangat saleh, tentu saja membuat rakyat marah
dan bangkit melawan Portugis. Lebih marah lagi ketika Sultan Haerun dibunuh
secara licik oleh Portugis pada tahun 1570. Rakyat Ternate terus melanjutkan
perjuangannya melawan Portugis dibawah pimpinan Babullah, putra Sultan Haerun
selama empat tahun mereka berperang melawan Portugis, dan Alhamdulillah
berhasil mengusir penjajah Portugis dari Maluku
2.
Penjajah Belanda
Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten
dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon Coen
menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama Jakarta menjadi
Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu untuk memonopoli
perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara.
Jika Portugis menyebarkan agama Katolik maka Belanda menyebarkan agama
Protestan. Betapa berat penderitaan kaum muslimin semasa penjajahan Belanda
selama kurang lebih 3,5 abad. Penindasan, adu domba (Devide et Impera),
pengerukan kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia
dalam keadaan miskin dan terbelakang adalah kondisi yang dialami saat itu. Maka
wajarlah jika seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah pimpinan para ulama
dan santri di berbagai pelosok tanah air, dengan persenjataan yang sederhana:
bambu runjing, tombak dan golok. Namun mereka bertempur habis-habisan melawan
orang-orang kafir Belanda dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi lillah.
Hanya satu pilihan mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah
almarhum Dr. Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya
di Jogya menjelang akhir hayatnya antara lain mengatakan : “Jika tidak karena
pengaruh dan didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa Indonesia tidak akan
sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya sampai kemerdekaannya”.
Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam melawan
Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai antara lain :
Di Pulau Jawa
misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus Buang dari kesultanan
Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran Diponegoro dari Jogjakarta
memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-1830 bersama panglima lainnya
seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned,
dan Raden Mas Rajab. Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat
dan prajurit Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang
serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa Barat misalnya
Apan Ba Sa’amah dan Muhammad Idris (memimpin perlawanan terhadap Belanda
sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas)
Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku
Tambusi (Memimpin
perang Padri tahun 1833-1837), Dari kesultanan
Aceh misalnya : Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang dikenal Teuku Cik Ditiro,
Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib
Abdul Rahman, Imam Leungbatan, Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan
lain-lain.
Di Kalimantan Selatan, rakyat muslim bergerak melawan penjajah kafir
Belanda yang terkenal dengan perang Banjar, dibawah pimpinan Pangeran Antasari
yang didukung dan dilanjutkan oleh para mujahid lainnya seperti pangeran
Hidayat, Sultan Muhammad Seman (Putra pangeran Antasari), Demang Leman dari
Martapura, Temanggung Surapati dari Muara Teweh, Temanggung Antaludin dari
Kandangan, Temanggung Abdul jalil dari Amuntai, Temanggung Naro dari buruh
Bahino, Panglima Batur dari Muara Bahan, Penghulu Rasyid, Panglima Bukhari,
Haji Bayasin, Temanggung Macan Negara, dan lain-lain. Dalam perang Banjar ini
sekitar 3000 serdadu Belanda tewas.
Di Maluku Umat
Islam bergerak juga dibawah pimpinan Sultan Jamaluddin, Pangeran Neuku dan Said
dari kesultanan Ternate dan Tidore.
Di Sulawesi Selatan terkenal pahlawan Islam Indonesia seperti Sultan
Hasanuddin dan Lamadu Kelleng yang bergelar Arung Palaka.
Sederetan Mujahid-mujahid lain disetiap pelosok tanah air yang belum
diangkat namanya atau dicatat dalam buku sejarah adalah lebih banyak dari pada
yang telah dikenal atau sudah tercatat dalam buku-buku sejarah. Mereka sengaja
tidak mau dikenal, khawatir akan mengurangi keikhlasannya di hadapan Allah.
Sebab mereka telah betul-betul berjihad dengan tulus demi menegakkan dan
membela Islam di tanah air.
3.
Penjajahan Jepang
Pendudukan Jepang
di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10 januari 1942. Selanjutnya
Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang dan Bali.
Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5 Maret 1942.
Untuk sementara
penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia, diganti oleh penjajah Jepang.
Ibarat pepatah “Lepas dari mulut harimau jatuh ke mulut buaya”, yang ternyata
penjajah Jepang lebih kejam dari penjajah manapun yang pernah menduduki
Indonesia. Seluruh kekayaan alam dikuras habis dibawa ke negerinya. Bangsa
Indonesia dikerja paksakan (Romusa) dengan ancaman siksaan yang mengerikan
seperti dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang, dimasukkan kedalam sumur, para
wanita diculik dan dijadikan pemuas nafsu sex tentara Jepang (Jugun Ianfu).
Pada awalnya Jepang
membujuk rayu bangsa Indonesia dengan mengklaim dirinya sebagai saudara tua
Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3 A yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia dan Nippon Pemimpin Asia). Mereka juga paham bahwa bangsa Indonesia
kebanyakan beragama Islam. Karena itu pada tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba
menghidupkan kembali Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang telah terbentuk
pada pemerintahan Belanda (September 1937). Tapi upaya Jepang tidak banyak
ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam. Banyak tokoh-tokoh Islam tidak mau
kooperatif dengan pemerintah penjajah Jepang bahkan melakukan gerakan bawah
tanah misalnya dibawah pimpinan Sutan Syahrir dan Amir Syarifuddin.
Selain itu, Jepang membubarkan organisasi-organisasi yang bersifat
politik atau yang membahayakan Jepang yang dibentuk semasa Belanda, kemudian
sebagai gantinya dibentuklah organisasi-organisasi baru misalnya Putera (Pusat
Tenaga Rakyat), Cuo Sangi In (Badan pengendali politik), Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Jawa), Seinendan, Fujinkai, Keibodan, Heiho, Peta dan lain-lain.
Motif utama dibentuknya organisasi-organisasi tersebut hanyalah sebagai kedok
saja yang ternyata untuk kepentingan penjajah Jepang juga. Namun bangsa kita
sudah cerdas justru organisasi-organisasi tersebut sebaliknya dimanfaatkannya
untuk melawan penjajah Jepang. Sebagai contoh adalah pembentukan tentara PETA
(Pembela Tanah Air) pada tanggal 3 Oktober 1943 di Bogor yang merupakan cikal
bakal adanya TNI. Terbentuknya memang atas persetujuan penjajah Jepang yang
didukung oleh para alim ulama. Tercatat sebagai pendirinya adalah KH.Mas
Mansur, Tuan Guru H. Yacob, HM.Sodri, KH.Adnan, Tuan guru H.Kholid,
KH.Djoenaedi, Dr.H.Karim Amrullah, H.Abdul Madjid dan U. Muchtar. Mereka
betul-betul memanfaatkan PETA ini untuk kepentingan perjuangan bangsa. PETA
saat itu terdiri dari 68 batalion yang masing-masing dipimpin oleh para alim
ulama. Para Bintaranya adalah para pemuda Islam, dan panji-panji tentara PETA
adalah bulan bintang putih di atas dasar merah. Tanggal 5 Oktober 1945
terbentuklah BKR (Barisan Keamanan Rakyat) yang sebagian besar pimpinannya
adalah berasal dari PETA. BKR kemudian menjadi TKR dan selanjutnya TNI. Jadi
TNI tidak mungkin ada jika PETA yang terdiri dari 68 bataliyon yang dipimpin
oleh para ulama tersebut tidak ada.
Namun ada beberapa organisasi bentukan Jepang yang sangat kentara
merugikan dan bahkan berbuat aniaya terhadap bangsa Indonesia. Misalnya melalui
Jawa Hokokai rakyat secara paksa untuk mengumpulkan padi, permata, besi tua
serta menanam jarak yang hasilnya harus diserahkan kepada pemerintah pendudukan
Jepang, pelecehan, penghinaan terhadap agama Islam dan umat Islam sudah
terang-terang. Maka umat Islam di berbagai daerah bangkit menentang penjajah
Jepang, diantaranya:
a.
Pemberontakan Cot Pileng di Aceh
Perlawanan ini
dipimpin oleh seorang ulama muda bernama Tengku Abdul Jalil, guru ngaji di Cot
Pileng pada tanggal 10 November 1942. Sebabnya karena tentara Jepang melakukan
penghinaan terhadap umat Islam Aceh dengan membakar masjid dan membunuh
sebagian jamaah yang sedang salat subuh.
b.
Pemberontakan Rakyat Sukamanah
Perlawanan ini
dipimpin oleh KH. Zaenal Mustafa, pemimpin pondok pesantren di Sukamanah
Singaparna Tasik Malaya pada tanggal 25 februari 1944. Penyebabnya karena para
santrinya dipaksa untuk melakukan Seikirei, menghormat kepada kaisar Jepang
dengan cara membungkukkan setengah badan ke arah matahari. Ini tentu saja
pelanggaran aqidah Islam.
c.
Pemberontakan di Indramayu
Perlawanan ini
dipimpin oleh H. Madriyas. Sebabnya karena rakyat tidak tahan terhadap
kekejaman yang dilakukan tentara Jepang.
d.
Pemberontakan Teuku Hamid di Aceh
Perlawanan ini
dipimpin oleh Teuku Hamid pada bulan November 1944.
e.
Pemberontakan PETA di Blitar
Perlawanan ini
dipimpin oleh seorang komandan Pleton PETA yang bernama Supriadi pada tahun 14
Februari 1945 di Blitar, karena mereka tidak tahan melihat kesengsaraan rakyat
di daerah dan banyak rakyat yang korban karena dikerjapaksakan (Romusha).
4. Sekutu dan NICA
Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja diproklamirkan,
tanggal 15 september 1945 datang lagi persoalan baru, yaitu datangnya tentara
sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies Civil Administration). Mereka
datang dengan penuh kecongkakan seolah-olah paling berhak atas tanah Indonesia
sebagai bekas jajahannya. Kedatangan mereka tentu saja mendapat reaksi dari
seluruh bangsa Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan
senjata seadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap dan
modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA antara lain: Dengan taktik perang
gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung lautan Api, pertempuran di
Ambarawa dan lain-lain.
Arsitek perang gerilya adalah Jendral Sudirman nama yang tidak asing
lagi bagi bangsa Indonesia. Beliau sebagai panglima besar TNI berlatar belakang
santri. Pernah jadi da’i atau guru agama di daerah Cilacap Banyumas sekitar
tahun 1936-1942. Berkarir mulai dari kepanduan Hizbul Wathan dan aktif dalam
pengajian-pengajian yang diadakan oleh Muhammadiyah. Beliau pada sebagian
hidupnya adalah untuk berjuang, dan bahkan dalam kondisi sakit sekalipun beliau
terus memimpin perang gerilya ke hutan-hutan.
Sedangkan pertempuran arek-arek Surabaya dipimpin oleh Bung Tomo.
Dengan kumandang takbir, beliau mengobarkan semangat berjihad melawan tentara
Inggris di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Karena dahsyatnya
pertempuran tersebut, maka tanggal tersebut dikenang sebagai hari pahlawan.
Beliau tercatat pula dalam sejarah sebagai arsitek bom syahid. Dalam kurun
waktu perjuangan tahun 1945–1949 beliau membentuk pasukan berani mati, yakni
pasukan bom syahid yang siap mengorbankan jiwanya untuk menghancurkan tentara
sekutu dan Belanda.
Bandung lautan api adalah pertempuran dahsyat di Bandung Utara,
kemudian di Bandung Selatan dibawah pimpinan Muhammad Toha dan Ramadhan
E. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Sesungguhnya Eropa
banyak berhutang budi pada Islam karena banyak sekali peradaban Islam yang
mempengaruhi Eropa, seperti dari spanyol, perang salib dan sisilia. Spanyol
sendiri merupakan tempat yang paling utam bagi Eropa dalam menyerap ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam, baik dalam bentuk politik, sosial, ekonomi,
kebudayaan dan pendidikan. Beberpa perkembangan Islam antara lain sebagai
berikut.Bidang politik
Terjadi balance of power karena di bagian
barat terjadi permusuhan antara bani Umayyah II di Andalusia dengan kekaisaran
karoling di Perancis, sedangkan di bagian timur terjadi perseteruan antara bani
Abbasyah dengan kekaisaran Byzantium timur di semenanjung Balkan. Bani Abbasyah
juga bermusuhan dengan Bani Umayyah II dalam perebutan kekuasaan pada tahun 750
M. Kekaisaran Karoling bermusuhan dengan kekaisaran Byzanium timur dalam
memperebutkan Italia. Oleh karena itu terjadilah persekutuan antara Bani
Abbasyah dengan kekaisaran Karoling, sddangkan bani Umayyah II bersekutu dengan
Byzantium Timur. Persekutuan baru berakhir setelah terjadi perang salib
(1096-1291)Bidang Sosial Ekonomi
Islam telah menguasai Andalusia pada tahun
711 M dan Konstantinopel pada tahun 1453 M. Keadaan ini mempunyai pengaruh
besar terhadap pertumbuhan Eropa. Islam berarti telah menguasai daerah timur
tengah yang ketika itu menjadi jalur dagan dari Asia ke Eropa. Saat itu
perdagangan ditentukan oleh negara-negara Islam. Hal ini menyebabkan mereka
menemukan Asia dan AmerikaBidang Kebudayaan
Melalui bangsa Arab (Islam), Eropa dapat
memahami ilmu pengetahuan kuno seperti dari Yunani dan Babilonia. Tokoh tokoh
yang mempengaruhi ilmu pengetahuan dan kebudayaan saat itu antara lain sebagai
berikut.
a. Al Farabi
(780-863M)
Al Farabi mendapat
gelar guru kedua (Aristoteles digelari guru pertama). Al Farabi mengarang buku,
mengumpulkan dan menerjemahkan buku-buku karya aristoteles
b. Ibnu Rusyd (1120-1198)
Ibnu Rusyd memiliki
peran yang sangat besar sekali pengaruhnya di Eropa sehingga menimbulkan
gerakan Averoisme (di Eropa Ibnu Rusyd dipanggil Averoes) yang menuntut
kebebasan berfikir. Berawal dari Averoisme inilah lahir roformasi pada abad ke-16
M dan rasionalisme pada abad ke-17 M di Eropa. Buku-buku karangan Ibnu Rusyd
kini hanya ada salinannya dalam bahasa latin dan banyak dijumpai di
perpustakaan-perpustakaan Eropa dan Amerika. Karya beliau dikenal dengan
Bidayatul Mujtahid dan Tahafutut Tahaful.
c. Ibnu Sina
(980-1060 M)
Di Eropa, Ibnu Sina
dikenal dengan nama Avicena. Beliau adalah seorang dokter di kota Hamazan
Persia, penulis buku-buku kedokteran dan peneliti berbagai penyakit. Beliau
juga seorang filsuf yang terkenal dengan idenya mengenai paham serba wujud atau
wahdatul wujud. Ibnu Sina juga merupakan ahli fisika dan ilmu jiwa. Karyanya
yang terkenal dan penting dalam dunia kedokteran yaitu Al Qanun fi At Tibb yang
menjadi suatu rujukan ilmu kedokteran
4. Bidang
Pendidikan
Banyak pemuda Eropa
yang belajar di universitas-unniversitas Islam di Spanyol seprti Cordoba,
Sevilla, Malaca, Granada dan Salamanca. Selama belajar di
universitas-universitas tersebut, mereka aktif menterjemahkan buku-buku karya
ilmuwan muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah mereka pulang ke
negerinya, mereka mendirikan seklah dan universitas yang sama. Universitas yang
pertama kali berada di Eropa ialah Universitas Paris yang didirikan pada tahun
1213 M dan pada akhir zaman pertengahan di Eropa baru berdiri 18 universitas.
Pada universitas tersebut diajarkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh dari
universitas Islam seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti dan ilmu filsafat
Banyak gambaran
berkembangnya Eropa pada saat berada dalam kekuasaan Islam, baik dalm bidang
ilmu pengetahuan, tekhnologi, kebudayaan, ekonomi maupun politik. Hal-hal
tersebut antara lain sebagai berikut.
Seorang sarjana
Eropa, petrus Alfonsi (1062 M) belajar ilmu kedokteran pada salah satu fakultas
kedokteran di Spanyol dan ketika kembali ke negerinya Inggris ia diangkat
menjadi dokter pribadi oleh Raja Henry I (1120 M). Selain menjadi dokter, ia
bekerja sama dengan Walcher menyusun mata pelajaran ilmu falak berdasarkan
pengetahuan sarjan dan ilmuwan muslim yang didapatnya dari spanyol. Demikin
juga dengan Adelard of Bath (1079-1192 M) yang pernah belajar pula di Toledo
dan setelah ia kembali ke Inggris, ia pun menjadi seorang sarjan yang
termasyhur di negaranya
Cordoba mempunyai perpustakaan yang
berisi 400.000 buku dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
Seorang pendeta kristen Roma dari
Inggris bernama Roger Bacon (1214-1292 M) mempelajari bahasa Arab di Paris
(1240-1268 M). Melalui kemampuan bahasa Arab dan bahasa latin yang dimilikinya,
ia dapat membaca nasakah asli dan menterjemahkannya ke dalam berbagai ilmu
pengetahuan, terutama ilmu pasti. Buku-buku asli dan terjemahan tersebut
dibawanya ke Universitas Oxford Inggris. Sayangnya, penerjemahan tersebut di
akui sebagai karyanya tanpa menyebut pengarang aslinya. Diantara bukuyang
diterjemahkan antara lain adalah Al Manzir karya Ali Al Hasan Ibnu Haitam
(965-1038 M). Dalam buku itu terdapat teori tentang mikroskop dan mesiu yang
banyak dikatakan sebagai hasil karya Roger Bacon.
Seorang sarjana berkebangsaan Perancis bernama
Gerbert d’Aurignac (940-1003 M) dan pengikutnya, Gerard de Cremona (1114-1187
M) yang lahir di Cremona, Lombardea, Italia Utara, pernah tinggal di Toledo,
Spanyol. Dengan bantuan sarjana muslim disana , ia berhasil menerjemahkan lebih
kurang 92 buah buku ilmiah Islam ke dalam bahasa latin. Di antara karya
tersebut adalah Al Amar karya Abu Bakar Muhammad ibnu Zakaria Ar Razi (866-926
M) dan sebuah buku kedokteran karangan Qodim Az Zahrawi serta buku Abu Muhammad
Al baitar berisi tentang tumbuhan. Sarjana-sarjana muslim tersebut mengajarkan
penduduk non muslim tanpa membeda-bedakan agama yang mereka anut
Apabila kerajaan-kerajaan non muslim
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam, maka yang terjadi adalah pembumihangusan
kebudayaan Islam dan pembantaian kaum muslim. Akan tetapi, apabila
kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai kerajaan non muslim, maka penduduk
negeri tersebut diperlakukan dengan baik. Agama dan kebudayaan merekapun tidak
terganggu
Banyak sarjana-sarjana muslim yang
berjasa karena telah meneliti dan mengembangkan ilmu pengetahuan, bahkan karya
mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa meskipun ironisnya diakui sebagai
karya mereka sendiri.
Akibat atau
pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan Islam ini menimbulkan kajian filsafat
Yunani di Eropa secara besar-besaran dan akhirnya menimbulkan gerakan
kebangkitan atau renaissans pada abad ke-14. berkembangnya pemikiran yunani ini
melalui karya-karya terjemahan berbahasa arab yang kemudian diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa latin. Disamping itu, Islam juga membidani gerakan
reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan aufklarung
atau pencerahan pada abad ke-18 M.
Nasib kaum muslim
di Spanyol sepeninggal Abu Abdullah Muhammad dihadapakan pada beberapa pilihan
antara lain masuk ke dalam kristen atau meninggalkan spanyol. Bangunan-bangunan
bersejarah yang dibangun oleh Islam diruntuhkan dan ribuan muslim mati terbunuh
secara tragis. Pada tahun 1609 M, Philip III mengeluarkan undang-undang yang
berisi pengusiran muslim secara pakasa dari spanyol. Dengan demikian, lenyaplah
Islam dari bumi Andalusia, khusunya Cordoba yang menjadi pusat kebudayaan dan
ilmu pengetahuan di barat sehingga hanya menjadi kenangan.
F. Manfaat yang
diambil dari
Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang
dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:
- Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
- Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
- Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.
a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
b.
Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau
arsitektur
hingga ke seluruh pelosok Nusantara
- Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
- Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
- Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.
G. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam
di Indonesia
Ada beberapa
perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap manfaat yang dapat
diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain sebagai berikut:
- Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling menghormati, dan tolong menolong.
- Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
- Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.
- Memberi motivasi diri untuk menjadi diri yang berbudi pekerti baik dan berilmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar